Membahas
tentang management, itu sangat luas
sekali topic bahasannya. Mulai dari
manajemen keuangan, manajemen keluarga, manajemen bisnis, manajemen pendidikan,
manajemen diri sendiri dan banyak hal mengenai manajemen. Pada bahasan kali ini, saya akan membahas
mengenai manajemen yang memiliki ruang lingkup kecil, yaitu manajemen diri (self management).
Segala
aktivitas kita di dunia, pasti tidak lepas dari bagaimana kita dalam memanage
diri. Kita ketahui bahwa, kesuksesan
tidak datang dari siapapun melainkan dari diri sendiri. Bahkan Alloh pun telah menjelaskan dalam
Alquranulkariim “Sesungguhnya Alloh tidak
akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa
yang ada pada diri mereka” (Q.S. Ar-Ra’d: 11).
Dari
ayat tersebut sudah sangat jelas sekali, bahwa Alloh akan mengubah nasib ketika
kita berusaha maksimal untuk mewujudkan yang menjadi harapan kita. Berusaha mengubah hal yang tidak mungkin
menjadi mungkin dengan RidhoNYA. Kembali
ke topic bahasan awal, semua apa yang dapat menjadikan kita sukses tidak lepas
dari usaha yang kita lakukan.
Dalam
tulisan sederhana ini, saya berusaha untuk menyampaikan manajemen dalam ruang
lingkup yang terkecil yakni self
management (manajemen diri) yang berhubungan dengan emotional intelligence (kecerdasan emosi) dalam hal apapun. Korelasional tersebut pasti sangat
mempengaruhi dalam pembawaan diri, bagaimana mengatur penampilan diri, hubungan
dengan orang lain, mengatur emosi dan tutur kata, dan dalam mengatur waktu
serta keuangan.
Self Management
bagi seorang muslim pasti harus berlandaskan pada aturan yang sudah Alloh
tetapkan yaitu yang tertuang dalam Alquran dan Alhadits. Hal tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa
aturan dalam islam itu bersifat kaffah (sempurna) sehingga setiap aktivitas
kaum muslim tidak lepas dari aturan-NYA.
1. Manajemen Penampilan Diri
Berikut terdapat beberapa hadits
yang menjelaskan mengenai penampilan diri:
a. Sesungguhnya
Alloh itu indah dan senang dengan keindahan.
Bila seseorang diantara kamu
(bermaksud) menemui kawan-kawannya hendaklah dia merapikan dirinya. (HR Muslim)
b. Siapa yang mengenakan pakaian,
hendaklah kenakan yang bersih. (HR Ath-Thahawi)
c. Allah tidak akan melihat pada
seseorang yang menyeret-nyeret bajunya secara berlebihan (karena sombong) (HR.
Muttafaq ‘Alaih).
d. Janganlah seseorang diantara kalian
berjalan dengan hanya memakai sandal sebelah, pakailah keduanya, atau
tanggalkan keduanya (HR. Muttafaq ‘Alaih)
e. Apabila kamu memelihara rambut,
hendaklah dimuliakan (disisir, dirapihkan agar tidak acak-acakan) (HR Abu Dawud
dan Ath Thahawi)
Islam
mengatur agar penampilan kita tidak berlebihan dan tidak menimbulkan kesombongan,
serta mengatur agar berpenampilan rapi, bersih, dan pantas.
2. Manajemen Interaksi dengan Orang
Lain
Mengatur hubungan dengan orang lain
akan menjadi kunci dalam kehidupan
kita, karena sebagaimana yang kita pahami bahwa kita tidak mungkin menjalin
hidup sendirian, pasti dibutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Berikut penjelasan hadits mengenai bagaimana
kita harus berinteraksi dengan orang lain:
a. Jangan meremehkan sedikitpun (enggan
melakukan) perbuatan ma’ruf meskipun hanya menjumpai kawan dengan wajah yang
ceria. (HR Muslim)
b. Abu hurairah ra berkata,
sesungguhnya Rasulullah tidak pernah berbicara dengan seseorang melainkan beliau
menghadapkan wajahnya pada wajah teman bicaranya dan Rasulullah tidak berpaling
darinya sebelum selesai berbicara. (HR Ath-Thabrani)
c. Hak seorang muslim terhadap muslim
yang lain ada enam: apabila engkau bertemu dengannnya ucapkanlah salam, apabila
dia mengundangmu maka hadirilah, apabila dia meminta nasehatmu maka nasihatilah
dia, apabila dia bersin maka do’akanlah dia, apabila dia sakit maka tengoklah,
apabila dia meninggal maka antarkanlah.(HR Muslim)
d. Sebarkanlah salam diantara kalian
(HR Muslim)
Hadits-hadits di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa
hubungan kita dengan orang lain harus dilandasi dengan itikad untuk saling
memberi kebaikan, sehingga orang akan merasa nyaman ketika berhubungan dengan
kita. Berwajah ceria dan menghadapkan wajah kepada lawan bicara merupakan salah
satu etika dasar dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dari hadits di atas
terbersit pula kewajiban ketika berinteraksi dengan orang lain yaitu untuk
saling memperhatikan satu sama lainnya baik ketika sehat maupun sakit, bahkan
sampai meninggal sekalipun, masih terdapat hak dari orang yang hidup kepadanya.
3. Manajemen Emosi, Tutur Kata dan
Tingkah Laku
Tuntunan Islam dalam mengatur
tingkah laku kita tercermin dalam beberapa hadits berikut:
a. Seseorang (baru benar-benar
dikatakan) muslim adalah (manakala) muslim lainnya selamat dari gangguan lidah
dan tangannya. (HR Bukhari-Muslim)
b. Barang siapa membanggakan diri
sendiri, dan berjalan dengan angkuh, maka dia menghadap Allah sementara Allah
murka kepadanya. (HR Ahmad)
c. Bertaqwalah kepada Allah dimanapun
kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (hal
itu) akan menghapusnya. Dan bergaulah dengan manusia dengan akhlak yang luhur.
(HR Attirmidzi)
d. Orang kuat itu bukanlah pegulat,
tetapi yang bisa menahan dirinya ketika marah (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Sebagai seorang muslim kita harus mampu mengatur emosi,
tutur kata, dan tingkah laku diantaranya dengan cara: setiap kata yang kita
ucapkan harus dihindarkan dari perkataan dusta atau bohong apalagi fitnah;
tidak diperbolehkan untuk membangga-banggakan diri sendiri akan tetapi harus
senantiasa bermuhasabah untuk mengetahui kekurangan-kekurangan diri; tidak
mengumbar emosi/amarah tetapi diusahakan untuk diredam. Dalam hadits lain Rasululloh
menganjurkan kita jika sedang marah dianjurkan untuk duduk, apabila masih marah
maka kita dianjurkan untuk berbaring dan jika masih tetap marah, maka kita
dianjurkan untuk berwudhu agar rasa marah bisa reda; sekalipun emosi kita sudah
memuncak jikalau harus memukul, kita dilarang untuk memukul bagian muka karena
muka menggambarkan kehormatan seseorang sehingga dengan demikian kalaupun emosi
kita dikeluarkan kita masih bisa menjaga kehormatan diri kita dan orang lain.
4. Manajemen Waktu
Sebagaimana
Allah Swt telah mewanti-wanti kita di dalam surah al-Ashr, bahwa pada
hakekatnya kita berada pada kerugian, yakni bagi orang-orang yang tidak mampu
mengatur waktu dan melewatkan waktu tanpa digunakan untuk beriman dan beramal
shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah
pernah menyebutkan tiga hal yang tidak bisa ditarik kembali yakni : anak panah
yang telah melesat dari panahnya, perkataan yang telah diucapkan, dan waktu
yang telah dilewati. Oleh karena itu setiap muslim wajib mengatur waktunya
sedemikian rupa agar setiap detik yang dilewatinya bisa berbuah pahala amal
kebaikan bagi dirinya.
Membuat
komitmen untuk mengontrol waktu merupakan langkah pertama bagi manajemen waktu
yang sukses. Manajemen waktu secara tertulis tidak hanya membuat rencana
lebih efektif, namun juga akan memperdalam komitmen terhadap tujuan. Berikut
beberapa tips dalam mengatur waktu:
1. Gunakan Pensil
Penggunaan
pensil akan menolong kita untuk tetap fleksibel saat kita merencanakan waktu
kita. Hidup bisa jadi tak terprediksi
dan pensil pun merupakan alat yang tidak
rewel untuk mengubah-ubah. Dengan kata
lain, alat sederhana ini membantu kita lebih mampu mengendalikan
rencana-rencana kita.
2. Gunakan Kalender
Sebuah
kalender memberi kita pandangan ke depan yang luas dari seluruh komitmen kita,
yaitu untuk belajar, dakwah, keluarga, pribadi, komunitas dan social. Masukkan janji baru, kejadian, pertemuan,
deadline suatu pekerjaan, juga tanggal ketika kita merencanakan untuk memulai
sesuatu yang baik. Untuk menghindari
terlalu banyak penjadwalan, pastikan kalender kita siap diakses setiap waktu –
ketika di sekolah, di rumah, dan ketika dalam perjalanan.
3. Rencana
Aktivitas Mingguan
Meluangkan waktu seminggu sekali
untuk menjadwalkan janji, komitmen belajar, tugas, dakwah, waktu pribadi, waktu
keluarga, dan lainnya dalam perencanaan satu minggu ke depan. Jika perlu gunakan stabilo jika ada acara
mendadak. Jadwal yang tertulis terlihat
jelas.
4. Buat
Daftar Kerja Harian
Sebuah daftar kerja bisa jadi
sangat bernilai untuk menolong kita mengendalikan waktu. Tentu di samping sebuah kalender, sebuah
daftar kerja memberi kita pandangan sekilas terhadap apa saja yang kita
butuhkan.
Manfaat daftar kerja ini adalah:
·
Meminimalisir kebingungan karena adanya
pengkategorian prioritas kegiatan serta jelasnya tujuan akhir
·
Meningkatkan kemampuan kita dalam
mengingat
·
Membantu kita dalam memprioritaskan
aktivitas
·
Mengerjakan aktivitas dalam suatu hari
tanpa sebuah daftar kerja dapat membuat pekerjaan tanpa arahan yang jelas.
Sedangkan
teori tentang kecerdasan emosi (emotional
intelligence) pertama kali dikembangkan pada tahun 1980-an oleh beberapa
psikolog dari Amerika Serikat yaitu Howard
Gardner, Peter Salovev, dan John
Mayer dan menjadi terkenal saat Daniel
Goleman, psikolog dari Harvard
University, dalam bukunya Emotional Intelligence tahun 1995.
Emotional Intelligence
dapat dikembangkan sejak usia dini, konon anak yang punya EQ tinggi memiliki
kepribadian yang disukai oleh orang lain, lebih mudah bergaul dan lebih sehat
jasmaninya karena dapat mengontrol emosi dengan baik.
Berikut
kutipan dari Goleman, terdapat 5
wilayah Emotional Intelligence yaitu:
1. Kemampuan mengenali Emosi Diri
Kita dapat mengenal perasaan
sendiri sewaktu emosi itu muncul. Seseorang yang mampu mengenali emosinya akan
memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan yang muncul seperti senang, bahagia,
sedih, marah, benci.
2. Kemampuan Mengelola Emosi
Kita dapat mengendalikan perasaan
sehingga emosi tidak meledak-ledak yang akibatnya memengaruhi perilaku yang
berujung pada kesalahan. Meski sedang
marah, orang yang mampu mengelola emosi dengan baik akan dapat mengendalikan
kemarahannya dengan baik, tidak teriak-teriak atau bicara kasar.
3. Kemampuan Memotivasi Diri
Kita dapat memberikan semangat pada
diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat sehingga memiliki
harapan dan optimism yang tinggi dan memiliki semangat untuk melakukan
aktivitas.
4. Kemampuan mengenali Emosi Orang
Lain
Kita dapat mengerti perasaan dan
kebutuhan orang lain, sehingga orang lain merasa senang dan dimengerti
perasaannya. Kemampuan ini sering juga
disebut sebagai kemampuan ber-empati.
Orang yang memiliki empati cenderung disukai orang lain.
5. Kemampuan Membina Hubungan
Kita sanggup mengelola emosi orang
lain sehingga tercipta keterampilan social yang tinggi dan membuat pergaulan
seseorang lebih luas. Seseorang dengan
kemampuan ini cenderung memiliki banyak teman, pandai bergaul dan populer.
Secara rasional, jika
kita sudah memiliki Emotional
Intelligence yang baik pasti akan berkaitan dengan Self Management yang baik pula.
Kecerdasan emosional mencerminkan bagaimana pengetahuan diaplikasikan
dan kembangkan sepanjang hidup seseorang.
Seseorang yang baik adalah yang
mempunyai kecerdasan emosional yang mampu memahami dampak perilaku personal terhadap
orang-orang yang ada di sekitar.